Breaking News

Teori Behavioral

Teori Behavioral

a.       Pengertian Behavioral
Behaviorisme adalah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner. Sama halnya dengan psikoanalisa, behaviorisme juga merupakan aliran yang revosilusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Sejumlah filsuf dan ilmuwan sebelum Watson dalam satu dan lain bentuk telah mengajukan gagasan – gagasan  megenai penekatan objektif dalam mempelajari manusia berdasarkan pandangan yang mekanistik dan materialistis, suatu pendekatan yang menjadi cirri utama dari behaviorisme.
Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan, manusia pada dasrnya tidak memiliki bakat apa- apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.
b.      Sejarah Behavioral
Perkembangan Behavioral diawali tahun 1950-an dan awal 1960-an sebagai awal radikal perspektif psikoanalisis yang dominan. Teori ini memiliki perjalanan panjang mulai dari penelitian laboratorium terhadap binatang hingga eksperimen terhadap manusia. Secara garis besar, sejarah perkembangan behavioral terdiri dari tiga trend utama, yaitu :
-          Trend I      : Clasical Conditioning → Tokohnya : Ivan Petrovich Pavlov
-          Trend II    : Operant Conditioning → Tokohnya : B. F. Skinner
-          Trend III   : Kognitif → Tokohnya : Albert Bandura
c.       Konsep Dasar Behavioral
Salah satu studi yang paling perkembangan pendekatan behavioral adalah studi yang dilakukan oleh Watson dan Rayner (1920) yang menggunakan anak sebagai subyek tentang rasa takut yang dipelajari (conditioned).
Teori behavioral didasari oleh pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yaitu pendekatan yang sistematik dan terstruktur dalam konseling.
Konseling behavioral dikenal juga dengan modifikasi perilaku yang dapat diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku.
d.      Tujuan Konseling Behavioral
Menurut Corey (2003: 202  ) menyatakan bahwa tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi – kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya adalah segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned). Secara umum tujuan konseling behavioral adalah :
1.       Menciptakan kondisi baru pembelajar
2.       Menghapus tingkah laku non adaktif untuk digantikan perilaku yang adaptif
3.       Meningkatkan personality choice
e.      Peran dan fungsi konselor
Peran konselor dalam konseling behavioral adalah berperan aktif, direktif dan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan solusi dari persoalan individu. Konselor behavioral berfungsi sebagai guru, pengarah dan para ahli yang mendiagnosa tingkah laku yang  maladaptive dan menentukn prosedur yang mengatasi persoalan tingkah laku individu.
f.      Teknik – Teknik Konseling
Lesmana (2005) membagi teknik terapi behavioristik dalam dua bagian yaitu :
1.       Teknik – teknik Tingkah Laku Umum
·         Skedul penguatan adalah suatu teknik pemberian penguatan pada klien ketika tingkah laku baru selesai dipelajari dimunculkan oleh klien. Misalnya : klien yang mengalami kesulitan membaca akan diberikan pujian secara terus – menerus bila berhasil membaca. Tetapi setelah ia dapat membaca, pemberian pujian harus dikurangi
·         Shaping adalah teknik terapi yang dilakukan dengan mempelajari tingkah laku baru secara bertahap. Konselor dapat membagi – bagi tingkah laku yang ingin dicapai dalam beberapa unit, kemudian mempelajarinya dalam unit – unit kecil.
·         Ekstingsi adalah teknik terapi berupa penghapusan penguatan agar tingkah laku maladaptive tidak berulang. Ini didasarkan pada pandangan bahwa individu tidak akan bersedia melakukan sesuatu apabila tidak mendapatkan keuntungan.
2.       Teknik – teknik Spesifik
·         Desensitiasi sistematik adalah teknik yang paling sering digunakan. Teknik ini diarahkan kepada klien untuk menampilkan respon yang tidak konsisten dengan kecemasan. Desensitiasi sistematik melibatkan teknik relaksasi di mana klien diminta untuk meggambarkan situasi yang paling menimbulkan kecemasan sampai titik dimana klien tidak merasa cemas.
·         Pelatihan asetivitas adalah teknik yang mengajarkan klien untuk membedakan tingkah laku agresif, pasif dan asertif. Teknik ini dapat membantu klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan atau menegaskan diri di hadapan orang lain.
·         Time Out merupakan teknik averszif yang sangat ringan. Apabila tingkah laku yang tidak diharapkan muncul, maka klien akan dipisahkan dari penguatan positif. Time out akan lebih efektif bila dilakykan dalam waktu singkat.

·         Implosion dan flooding. Teknik implosion mengarahkan klien untuk membayangkan situasi stimulus yang mengancam  secara berulang – ulang. Sementara flooding , menurut Corey (2009) merupakan teknik dimana terjadi pemunculan stimulus yang menghasilkan kecemasan secara berulang – ulang tanpa pemberian penguatan.

No comments