Breaking News

Bimbingan Konseling: Profesi dan Prospek di Masa Depan

Bimbingan Konseling: Profesi dan Prospek di Masa Depan

Orang yang awam masih mempunyai anggapan bahwa Bimbingan Konseling identitik dengan Polisi Sekolah atau mengurusi anak nakal saja. Padahal sebenarnya bimbingan konseling adalah sahabat siswa, pembela siswa. Anggapan ini yang kemudian muncul di benak para orang tua, terutama orang tua yang tidak mempunyai latar belakang pendidik (guru) bahwa profesi bimbingan konseling adalah profesi yang tidak mempunyai masa depan. Semakin tidak popular profesi bimbingan dan konseling dimata masyarakat disebebkan citra buruk terhadap profesi bimbingan dan konseling

Ketidakpopuleran ini juga muncul disebabkan banyak orang yang masih menyamakan antara sekolah/lembaga pendidikan dengan mengajar. Memang benar bahwa profesi mengajar ialah profesi guru. Namun, yang tidak banyak diketahui masyarakat bahwa konsep pendidikan bukan saja tentang mengajar namun membangun karakter (character building). Selain itu pula komponen di dunia pendidikan (profesi-profesi di dunia pendidikan) tidak hanya profesi guru saja. Profesi-profesi yang terdapat di dunia pendidikan yaitu pustakawan (lulusan ilmu perpustakaan), Laborat (lulusan sains/bahasa), administrasi pendidikan (lulusan administrasi pendidikan), teknolog pendidikan (lulusan teknologi pendidikan), psikolog pendidikan (lulusan Psikologi pendidikan), dan konselor (lulusan bimbingan dan konseling).

Apa itu Bimbingan dan Konseling? 
Menurut Prof. Dr. Prayitno, M.Sc.Ed. Guru Besar Bimbingan dan Konseling dari Universitas Negeri Padang bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

Dari pernyataan tersebut jelas disebutkan bahwa konseling dilakukan oleh seorang ahli (profesional) dalam yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus tentang prinsip-prinsip dan teknik-teknik khusus mengenai konseling. Sehingga tidak semua orang dapat melakukan konseling. Pendidikan dan pelatihan mengenai konseling, prinsip, teknik dan landasan-landasan ini yang dipelajari di dalam perkuliahan bimbingan dan konseling. Sebagai gambaran ada 4 aliran besar di dalam psikologi konseling (Psikoanalisis, Behaviorisme, Eksistensial-Humanistik dan Transpersonal), serta menurut zamannya dibagi menjadi 3 yaitu aliran klasik, modern dan post modern. Stephen Palmer (guru Besar University of City, US) mencatat ada lebih dari 25 aliran konseling terutama aliran post modern di seluruh dunia

Ada profesi lain yang juga berdekatan dengan profesi konselor dan seringkali tumpang tindih. Tumpang tindih yang dimaksud ialah penggunaan istilah “konseling” pada profesi ini, dan kewenangan melakukan konseling. Profesi ini yaitu profesi Psikolog dan Profesi Psikiater. Profesi Psikolog ialah seorang lulusan S1& S2 Psikologi serta telah mengikuti profesi psikolog (.Psi.). Sementara profesi Psikiater ialah lulusan S1 Pendidikan Dokter ditambah Spesialisasi kedokteran Jiwa (Sp.Kj). Perbedaannya bahwa Psikolog memiliki kewenangan melakukan psikoterapi pada klien yang mengalami gangguan kejiwaan neurosis dan psikosis serta berwenang melakukan interpretasi kepribadian (kejiwaan klien) dengan pendekatan psikologi. Profesi psikiater memiliki kewenangan melakukan psikoterapi pada pasien yang mengalami sakit jiwa dengan pendekatan medis (obat-obatan). Misalkan pada kasus pasien Skizofrenia, seorang psikiater lebih cenderung menggunakan obat-obatan (medis) seperti obat penenang untuk penyembuhan pasien sementara psikolog menggunakan pendekatan psikoterapi (psikologis) untuk penyembuhan klien tanpa treatmen obat-obatan.

Jurusan Bimbingan dan Konseling (BK) juga dikenal dengan nama Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB). Biasanya, di jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) masih dibagi ke dalam program studi Psikologi (murni) dan Bimbingan dan Konseling. Sehingga di jurusan PPB, dosen-dosen psikologinya juga adalah dosen yang mengajar di program bimbingan dan konseling. Hal ini terjadi, seperti di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung

Peran Bimbingan dan Konseling terhadap masyarakat
Hampir tidak ada orang yang tidak pernah mengalami masalah dalam hidupnya. Dengan kata lain semua orang pasti mempunyai masalah, entah masalah itu kecil atau sangat rumit. Namun, ada orang yang dapat dengan baik memcahkan persoalannya sendiri, tetapi tidak sedikit pun orang yang tidak dapat memecahkan masalahnya sendiri sehingga memerlukan bantuan. Di media massa, hampir setiap hari kita jumpai orang yang bunuh diri. Bunuh diri merupakan pelarian orang yang frustasi dalam memecahkan masalahnya. Contoh lain tekanan di pekerjaan yang membuat orang menjadi stress, persaingan dunia usaha yang begitu keras, banyaknya jumlah pengangguran, perceraian keluarga, pergaulan remaja yang semakin bebas, penyalahgunaan narkoba, serta seks bebas yang semakin banyak kasusnya. Kasus-kasus yang dialami orang-orang tersebut sangat membutuhkan seorang ahli agar dapat keluar dari permasalahannya yang rumit. Tetapi apakah hanya masalah negatif seperti itu saja yang menjadi peran seorang konselor? Ternyata tidak, seorang konselor dapat pula memberikan konsultasi pendidikan bagi anak-anak yang hendak melanjutkan studi di SMA/perguruan tinggi atau konsultasi karier bagi pekerja yang ingin meningkatkan jenjang kariernya. Seorang konselor pun dapat memberikan jasa tes psikologis bagi seorang yang ingin mengetahui minat, bakat dan kecerdasannya baik dalam rangka pendidikan maupun karier. Konselor juga merupakan pemandu bakat yang professional, karena konselor mengarahkan bakat yang dimiliki oleh seseorang agar dapat berkembang menjadi lebih baik. Di masyarakat, konselor berperan dalam mengentaskan persoalan pengangguran melalui pemberian bimbingan pekerjaan, menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan kerja, menjadi motivator, pendidikan bagi anak jalanan, kesadaran gender, kesehatan mental serta memberikan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan keluarga, parenting (pengasuhan orang tua) dan kesehatan reproduksi. Dengan demikian, seorang konselor mempunyai peran yang sangat penting dalam masyarakat terutama fungsi sosial.

Landasan Ilmu Bimbingan dan Konseling

Syarat utama bagi yang ingin melanjutkan studi di bimbingan dan konseling ialah menyukai psikologi dan pendidikan. Terutama jika Anda termasuk siswa yang suka mendengarkan curhat teman atau pandai memberikan solusi atas suatu permasalahan psikologis yang dialami teman berarti Anda sangat layak menjadi calon mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan Konseling di seluruh perguruan tinggi di Indonesia termasuk kelompok Ilmu Sosial (IPS). Kendatipun begitu tidak sedikit siswa yang berlatar belakang IPA mengambil kuliah Bimbingan dan Konseling, sebab justru dari kelompok IPA yang dapat dengan mudah mengikuti kuliah Bimbingan di Konseling. Kok begitu? Yups, di Bimbingan Konseling, terdapat mata kuliah yang juga bernuansa IPA seperti psikologi perkembangan yang membahas tentang perkembangan individu secara fisiologis, kesehatan mental, dan statistika. Selain itu, siswa yang berasal dari kelompok IPA mempunyai logika matematis yang bagus, yang sangat berguna terutama dalam membantu proses konseling (mencari solusi atas permasalahan klien), atau membuat aplikasi-aplikasi bimbingan dan konseling yang menggunakan dasar teknologi informasi. Meskipun kadangkala kurang memiliki kepekaan sosial dan komunikasi sosial yang baik, seperti siswa kelompok IPS terutama berkaitan dengan kebudayaan atau hubungan sosial.


Lalu apa saja yang dipelajari di jurusan Bimbingan dan Konseling?

Secara umum, perguruan tinggi bimbingan konseling di Indonesia pasti mempelajari: ilmu Pendidikan, Psikologi, Teori dan Teknik Konseling, serta Teknik Pemahaman Individu.

Ilmu pendidikan dipelajari sebagai landasan dalam bimbingan konseling yang memang menfokuskan diri dalam dunia pendidikan. Pada umumnya, mata kuliah ilmu pendidikan diajarkan pada Tahun 1. Mata kuliah yang termasuk kedalam ilmu pendidikan adalah Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila/Kewarganegaraan, Sosiologi Antropologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Perkembangan Peserta Didik, Ilmu Alamiah Dasar, Pendidikan Jasmani, Belajar Pembelajaran, Teknologi Pendidikan, pengembangan Sistem Pembelajaran, Landasan/Dasar-Dasar Pendidikan, Evaluasi Pendidikan, Profesi Kependidikan dan Pendidikan Inklusi.

Ilmu psikologi merupakan induk dari ilmu konseling, sehingga tidak mungkin memisahkan konseling dengan psikologi. Konseling merupakan psikologi terapan (terapan dari ilmu psikologi). Perbedaan dengan jurusan psikologi adalah di Psikologi lebih umum, sementara konseling lebih khusus membahas tentang ilmu konseling. Pada umumnya nama-nama yang kental dengan istilah-istilah psikologi, di BK kemudian diubah menjadi nama-nama dalam istilah BK seperti contohnya matakuliah Psikodiagnostik menjadi Pemahaman Individu Teknik Testing. Mata Kuliah Psikologi meliputi Psikologi/Teori-Teori Kepribadian, Psikologi Perkembangan/Perkembangan Individu, Filsafat manusia, Psikologi Perilaku/Modifikasi Tingkah Laku/Dasar-Dasar Pemahaman Tingkah Laku, Psikologi Komunikasi/Komunikasi Antar Pribadi, Kesehatan Mental,

Ilmu konseling meliputi teori-teori dan aliran konseling, praktikum pendekatan konseling, serta teknik-teknik konseling. Mata Kuliah Ilmu Konseling yaitu Teori-Teori Konseling, Bimbingan dan Konseling Kelompok, Bimbingan dan Konseling Populasi Khusus/ABK, BK Pribadi-Sosial, Bimbingan dan Konseling Karier, Bimbingan dan Konseling Belajar, Teknologi Informasi dalam BK, Pengembangan Pribadi Konselor, Bimbingan dan Konseling Perkembangan, Profesi Bimbingan dan Konseling, Dinamika Kelompok, Media Bimbingan dan Konseling, Evaluasi dan Supervisi BK, Survey Bimbingan dan Konseling, Studi Kasus, Bimbingan dan Konseling Keluarga, Konseling Lintas Budaya.

Sementara Teknik Pemahaman individu mempelajari tentang penggunaan alat-alat yang membantu dalam proses konseling seperti penggunaan Tes Psikologis, teknik wawancara konseling, observasi, case study, dan Problem Checklist. Mata Kuliah teknik Pemahaman Individu antara lain Statistika, Aplikasi Stastistik, Pemahaman Individu teknik Non Testing, Pemahaman Individu teknik Testing.

Selain itu juga terdapat mata kuliah Praktikum Bimbingan Konseling, di mata kuliah ini mahasiswa belajar dan latihan praktek memberikan konseling kepada klien. Mata kuliah yang termasuk praktikum ini yaitu: Mikro Konseling, Praktikum Konseling Individual, Praktikum BK Kelompok, Praktikum BK Pribadi-Sosial, Praktikum BK Belajar, Praktikum BK Karier, Praktikum PI Teknik Testing, dan Praktikum PI Non Testing serta Praktek Pengalaman Lapangan (PPL)

Selain mata kuliah yang disebutkan diatas, setiap perguruan tinggi Bimbingan dan Konseling juga memiliki mata kuliah pilihan sesuai kekhasan perguruan tinggi masing-masing. Mata kuliah pilihan merupakan peminatan mahasiswa dan dipilih berdasarkan minat masing-masing. Misalkan di Universitas Sebelas Maret (UNS) terdapat mata kuliah pilihan Cyber konseling (Konseling Jarak Jauh), dan Konseling Traumatik; di UHAMKA Jakarta terdapat Kosneling Industri, Konseling Pemasyarakatan&Sosial Kemasyarakatam dan Konseling Kesehatan; di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) terdapat mata kuliah Bimbingan Konseling Anak, Konseling Berbasis Gender, Konseling NAPZA, Konseling Krisis di Sekolah, dan Konseling Untuk Anak Berbakat.


Apakah ruang lingkup bimbingan dan konseling hanya di pendidikan saja?

Pertanyaan ini yang sering muncul baik dikalangan calon mahasiswa, maupun mahasiswa bimbingan dan konseling sendiri. Pada seluruh perguruan tinggi bimbingan dan konseling, gelar sarjana Bimbingan dan Konseling yaitu Sarjana Pendidikan (S.Pd.) bidang Bimbingan Konseling serta Magister Pendidikan/S2 (M.Pd.) bidang Bimbingan Konseling. Beberapa perguruan tinggi bimbingan konseling lebih memfokuskan mahasiswanya menjadi konselor pendidikan (konselor sekolah/Guru Bimbingan dan Konseling) seperti yang terjadi di Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Universitas Negeri Malang (UM) Sehingga hampir pasti ruang lingkup bimbingan dan konseling hanya di lingkup pendidikan saja. Namun, ada pula perguruan tinggi yang juga memperlebar ruang lingkup bimbingan konseling tidak hanya di dunia pendidikan, seperti di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga yang juga membuka bidang konseling industri. Kendatipun gelarnya tetap Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Seorang lulusan bimbingan dan konseling setelah lulus S1 Bimbingan dan Konseling dapat menempuh Pendidikan Profesi Konselor (PPK) yang sampai dengan saat ini baru tersedia di Universitas Negeri Padang (UNP) dan Universitas Negeri Semarang (Unnes). Lulusan PPK disebut dengan Konselor (Kons.). Dengan adanya sertifikat kons. dan lisensi dari ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), seorang konselor dapat membuka praktik konseling untuk masyarakat umum tidak hanya konseling pendidikan saja, tetapi dapat pula konseling keluarga, konseling pernikahan, konseling anak, konseling remaja, konseling karier. Sementara itu konseor juga berwenang memberikan tes psikologis (tes bakat, minat dan kecerdasan) apabila telah memiliki sertifikat Tes Psikologi yang dapat ditempuh di Universitas Negeri Malang (UM) atau lulus pada jenjang pendidikan S2 Magister Pendidikan Bimbingan Konseling dengan konsentrasi Testing Psikologis di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung


Bidang-Bidang Konseling (Spesialisasi)

1.       Konseling Pendidikan

Pendidikan merupakan institusi pembinaan anak didik yang memiliki latar belakang social budaya dan psikologis yang beraneka ragam. Dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan banyak anak didik yang menghadapi masalah dan sekaligus mengganggu tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Masalah yang dihadapi sangat beraneka ragam, diantaranya masalah pribadi, sosial, ekonomi, agama dan moral, belajar, dan vokasional. Masalah-masalah tersebut seringkali menghambat kelancaran proses belajar, meskipun masalah yang dihadapi tidak ada sangkut pautnya dengan kegiatan akademik. Penyelenggara pendidikan, khususnya tenaga pendidikan bertanggung jawab membina anak didiknya sehingga berhasil sebagaimana yang diharapkan, termasuk mereka yang mengalami masalah.Konseling pada latar pendidikan ini telah banyak dikenal di Indonesia. Di Amerika, klinik konseling juga didirikan di sekolah dan pusat-pusat pendidikan pada awal perkembangan konseling, misalnya di Pennsylvania University pada tahun 1896.

2.       Konseling Vokasional/Karier

Konseling vokasional dapat pula disebut dengan konseling karier atau employment counseling. Konseling ini selain berkaitan dengan usaha membantu dalam penempatan tenaga kerja juga membantu klien yang memiliki masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerjaan, misalnya dalam hubungan dengan pejabat di atasnya, dan penyesuaian dengan pekerjaan baru. Konseling vokasional ini menduduki fungsi yang sangat penting dalam rekrutmen dan penempatan tenaga kerja sebuah perusahaan atau departemen. Departemen Tenaga Kerja Amerika juga menggunakan konseling vokasional untuk menempatkan para veteran Perang Dunia II pada bidang-bidang yang lebih tepat. Di masyarakat industri, konseling vokasional ini semakin dibutuhkan baik bagi industri untuk peningkatan usaha-usahanya dan bagi pekerja untuk peningkatan penyesuaian kerja dan prestasi kerja.

3.       Konseling Keluarga dan Perkawinan

Konseling yang berkenaan dengan masalah-masalah keluarga, meliputi hubungan antar anggota keluarga (ayah, ibu, anak), peranan dan tanggung jawab masing-masing anggota keluarga. Hidup berkeluarga berarti melakukan penyesuaian baru, terutama yang berhubungan dengan tanggung jawab sebagai suami istri. Dalam banyak hal, membangun keluarga tidak semudah yang dibayangkan oleh para remaja. Banyak situasi yang harus diselesaikan dengan cara yang amat rumit termasuk perceraian.Konseling perkawinan dan keluarga bermaksud membantu menyelesaikan masalah-masalah psikologis yang dihadapi kedua belah pasangan, sehingga dalam menjalankan fungsi-fungsi keluarga mereka lebih dapat diterima kedua belah pihak dan dapat membangun keluarga secara lebih baik.

4.       Konseling Agama

Konseling agama (religion counseling) digunakan untuk membantu klien yang mengalami masalah-masalah yang berhubungan dengan agama, misalnya keragu-raguan akan nilai-nilai agama, kebimbangan dalam mengikuti aliran-aliran keagamaan, terjadinya konflik keyakinan keagamaan dengan pola pemikiran dan sebagainya. Konseling agama biasanya dilakukan terhadap klien yang seagama dengan konselor, dan diselenggarakan untuk membantu orang-orang yang bermasalah keagamaan.

5.       Konseling Rehabilitasi

Konseling rehabilitasi merupakan konseling yang dilakukan terhadap orang-orang yang sedang dalam proses rehabilitasi. Rehabilitasi berarti proses mempercepat sosialisasi atau berfungsi secara wajar dari keadaan sebelumnya, misalnya rehabilitasi setelah bertahun-tahun mengalami perawatan medis, rehabilitasi karena menjalankan hukuman, dan sebagainya. Seseorang yang di penjara misalnya membutuhkan pelayanan konseling. Konseling tersebut bermaksud membantu klien agar tidak mengalami masalah-masalah setelah keluar dari penjara (lembaga pemasyarakatan). Sebagian orang yang di penjara mengalami perasaan yang tidak diinginkan, seperti rasa tertekan, malu kepada masyarakat atau cemas tidak diterima oleh lingkungan sosialnya nanti. Konseling rehabilitasi ini juga dimaksudkan membantu klien yang cacat secara fisik, untuk mengembalikan persepsi dan emosi sehingga memandang dirinya secara positif dan dapat berbuat lebih tepat sesuai dengan potensi yang dimiliki.

6.       Konseling Traumatik

Konseling traumatik adalah upaya konselor untuk membantu klien yang mengalami trauma melalui proses hubungan pribadi sehingga klien dapat memahami diri sehubungan dengan masalah trauma yang dialaminya dan berusaha untuk mengatasinya sebaik mungkin.

7.       Konseling Industri

Konseling Industri adalah pembahasan suatu masalah dengan seorang karyawan yang mempunyai masalah emosional dengan maksud untuk membantu karyawan tersebut agar dapat mengatasi masalahnya secara lebih baik. Konseling bertujuan untuk memperbaiki kesehatan mental karyawan. Kesehatan mental yang baik berarti bahwa orang-orang merasa nyaman akan mereka sendiri, baik terhadap orang lain, dan sanggup memenuhi kebutuhan hidup. Awal mula dikenalnya konseling karyawan adalah pada tahun 1936 di Western Electronic Company, Chicago. Diyakini bahwa inilah pertama kali perusahaan menggunakan istilah “konseling personalia” bagi pelayanan pembimbingan kwan. Kepuasan kerja karyawan pasti meningkat sebagai hasil dari konseling.

Prospek Lulusan Bimbingan dan Konseling serta Jenjang Karier

Lulusan S1 Bimbingan dan Konseling sebagian besar terserap di dalam dunia pendidikan terutama jenjang SMP/Mts dan SMA/SMK/MA, namun ada juga beberapa lembaga pendidikan terutama swasta yang membutuhkan tenaga konseling untuk TK, PAUD dan SD.

Selain itu kebutuhan akan dosen bimbingan dan konseling sangat besar di perguruan-perguruan tinggi di Indonesia. Hal ini disebabkan banyak dosen BK yang sudah menjelang masa pensiun, serta banyak dosen BK yang ternyata tidak berlatar belakang BK. Sementara perguruan tinggi BK membutuhkan dosen yang berlatar belakang BK secara linier (S-1 dan S-2 Bidang bimbingan dan konseling) untuk mendapatkan nilai akreditasi yang baik. Sehingga peluang menjadi dosen BK sangat terbuka lebar. Misalkan di Universitas Sebelas Maret Surakarta dari 15 dosen yang ada, hanya terdapat 7 dosen yang berlatar belakang S-1 dan S-2 BK dan itupun 14 orang adalah dosen yang sudah menjelang masa pensiun (diatas usia 55 tahun), sementara hanya mempunyai 1 dosen muda.

Sementara jenjang karier lulusan BK pada umunya menjadi pegawai negeri sipil. Seorang lulusan BK dapat memulai karier dari menjadi Guru BK, Koordinator Guru BK, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah bidang bimbingan dan konseling, Kepala Dinas Pendidikan Kota/Provinsi. Tidak sedikit pula lulusan BK yang berkarier sebagai kepala sekolah atau pengawas sekolah. Ada pula lulusan BK yang menjadi Rektor Perguruan Tinggi seperti Bpk Prof. Dr, Sunaryo Kartadinata yang merupakan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan Dekan Fak. Ilmu Pendidikan UPI Prof. Dr. Ahman yang juga merupakan lulusan BK. Selain itu tidak sedikit lulusan BK yang mempunyai posisi penting di institusi sekolah maupun perguruan tinggi.

Bagi yang ingin berwirausaha dapat mendirikan Lembaga Konseling, Jasa Layanan Tes Psikologi, ataupun Lembaga Konsultasi Pendidikan. Kebutuhan terhadap layanan Konseling ini semakin besar terutama di kota-kota besar dimana masyarakatnya semakin terbuka, dan memiliki tingkat stress yang tinggi, Dewasa ini kebutuhan akan konseling anak dan konseling pendidikan, luar biasa banyaknya. Akan tetapi sedikitnya lulusan BK yang mau mengisi peluang ini, menjadikan konseling anak lebih dikuasai oleh psikolog anak sementara konseling pendidikan/karier lebih diisi oleh praktisi-praktisi yang bahkan tidak punya latar belakang psikologi/pendidikan/konseling melainkan belajar dari pengalaman. Lembaga Konseling yang sudah ada yaitu Multikarya Konseling dapat diakses di http://www.multikaryakons.com/

Bidang lain yang dapat diisi oleh lulusan BK adalah HRD/Pengembangan SDM di instansi/dunia usaha dan industri, bank; Tenaga Konselor di Pusat Rehabilitasi, Lembaga Pemasyarakatan, Perkumpulan Keluarga berencana Indonesia (PKBI); Konsultan pengembangan SDM; Motivator; Badan Penasehat Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kementerian Agama; Konselor dan Konsultan Pendidikan di Lembaga-Lembaga Bimbingan Belajar (LBB).



13 comments:

  1. Membantu banget artikel nya gan...makasih banget gan

    ReplyDelete
  2. Setelah s1 bimbingan konseling bisa lanjut kuliah apa lagi yg nyambung sama jurusan sblumnya?

    ReplyDelete
  3. Kalo misal S1 ambil konseling trus mau lanjut S2 guru slb bisa gak kira"?

    ReplyDelete
  4. Kalo misal S1 ambil konseling trus mau lanjut S2 guru SLB bisa gak kira"?

    ReplyDelete
  5. Trimakasih, sangat bermanfaat

    ReplyDelete
  6. Kalo misalnya, S1 BK terus ngambil S2 bisa jadi psikolog gak min?

    ReplyDelete
  7. Klw misalnya s1 bimbingan penyuluhan, trus ambil s2 bk bisa nggak ?

    ReplyDelete
  8. Klau S1 BK terus S2 mau ngambil pisikolog bisa gak min?

    ReplyDelete
  9. Saya lulusan D3 keperawatan usia 40 tahun masih adakah kesempatan untuk saya mengikuti jenjang pendidikan BK ini.... Basic nya saya seneng mendengar curhat orang lain dan berusaha memberi solusi pada mereka dengan ilmu pengetahuan serta pengalaman yg saya miliki.... Bahkan ketika saya sedang merawat pasienpun saya lebih suka menggali perasaan mereka dan memberi support mental kepada pasien-pasien saya

    ReplyDelete